A. PELEMBAGAAN
Organisme dan aktivitas
Manusia mempunyai dorongan naluri yang tidak terspesialisasi dan terarah. Oleh sebab itu manusia secara biologis masih terus berkembang sementara ia sudah berhubunagn dengan lingkungannya. Dengan kata lain, proses menjadi manusia berlangsung dalam hubungan timbal balik dengan suatu lingkungan. Maka perkembangan diri juga harus dimengerti dalam kaitan dengan perkembangan organisme yang berlangsung terus-menerus dan dengan proses sosial dimana diri itu berhubungan dengan lingkungan manusia yang alami dan yang manusiawi melalui orang-orang yang berpengaruh.
Asal mula pelembagaan
Proses pembiasaan Terhadap tindakan yang sering diulangi pada akhirnya akan menjadi suatu pola yang kemudian bisa direproduksi dengan upaya sekecil mungkin dan mendahului setiap proses pelembagaan yang terjadi apabila ada suatu tipifikasi yang memunculkan timbal balik dari tindakan yang sudah terbiasa bagi pelaku.
Lembaga selanjutnya mengimplikasi historis dan pengendalian. Lembaga mempunyai kenyataan yang dihadapi individu sebagai satu fakta yang eksternal dan memaksa. Maka sebuah dunia kelembagaan dialami sebagai suatu kenyataan yang obyektif. Ia mempunyai sejarah yang mendahului kelahiran individu dan tidak bisa dimasuki oleh ingatan biografisnya. Dunia itu sudah ada sebelum ia lahir dan akan tetap ada sesudah ia mati. Dan secara de facto, lembaga memang terintegrasi.
Pengendapan dan Tradisi
Hanya sebagian kecil dari keseluruhan pengalaman manusia tersimpan dalam kesadaran kemudian mengendap dalam ingatan sebagai entitas yang bisa dikenal dan diingat kembali. Tanpa terjadi pengendapan tersebut individu tidak dapat memahami biografinya.
Bahasa lalu menjadi tempat penyimpanan kumpulan besar endapan kolektif yang bisa diperoleh secara monotetik, artinya sebagai keseluruhan yang kohesif dan tanpa merekonstruksikan lagi proses pembentukannya semula. Oleh karena itu asal mula dari endapan menjadi tidak penting, maka tradisi bisa saja menciptakan suatu asal mula yang berbeda sekali tanpa menimnulkan ancaman bagi apa yang telah diobyektivasi itu.
Peranan
Agar bentuk tindakan dapat ditipifikasi maka harus memiliki arti obyektif, yang pada akhirnya memerlukan suatu obyektifikasi linguistik. Artinya harus ada kosakata yang mengacu bentuk tindakan tersebut. Dan pelaku harus mengdentifikasi dirinya dengan tipifikasi perilaku yang diobyektivasi secara sosial.
Peranan merepresentasikan tatanan kelembagaan, pertama pelaksanaan peranan perepresentasikan dirinya sendiri dan kedua peranan merepresentasikan suatu keseluruhan rangkaian perilaku yang melembaga.
Lingkup dan cara-cara Pelembagaan
Secara formal, lingkup pelembagaan tergantung pada sifat umum dari struktur relevansinya. Jika bagian terbesar dari struktur relevansinya dimiliki oleh masyarakat, maka lingkup pelembagaannya luas.
Pelembagaan bukan suatu proses yang tidak bisa dibalikkan, karena sebab historis, lingkup tindakan yang sudah dilembagakan bisa menciut dan terjadi pembongkaran lembaga. Satu konsekuensi lain dari segmentasi kelembagaan adalah kemungkinan adanya berbagai subuniversum yang secara sosial terpisah satu sama lain.
B. LEGITIMASI
Asal mula universum simbolis
Fungsi legitimasi adalah untuk membuat obyektivasi tingkat pertama yang sudah dilembagakan menjadi tersedia secara obyektif dan masuk akal secara obyektif. Mengacu pada dua tingkat, pertama keseluruhan taatanan kelembagaan harus dimengerti oleh pesertanya dalam proses kelembagaan yang berbeda. Kedua, keseluruhan kehidupan individu secara berturu-turut melalui berbagai tatanan kelembagaan harus diberi makna subyektif.
Peralatan konseptual untuk memelihara Universum
Dipandang sebagai suatu konstruksi kognitif, universum simbolis bersifat teorotis. Berasal dari proses refleksi subyektif yang setelah melalui obyektivasi sosial melahirkan ikatan yang eksplisit..
Prosedur spesifik pemeliharaan universum menjadi perlu apabila universum simbolis bersangkutan telah menjadi masalah. Seperti suatu masyarakat yang berhadapan dengan sebuah masyarakat lain yang mempunyai sejarah berbeda.
Peralatan konseptual tersebut meliputi mitologi sebagai tingkat dimana terdapat terdapat kebutuhan paling kecil untuk pemeliharaan universum secara teoritis dengan melampaui pengandaian bahwa universum yang bersangkutan merupakan kenyataan obyektif. Kedua adalah teologi yang berfungsi sebagai paradigma bagi konseptualisasi filosofis dan ilmiah.
Organisasi sosial untuk mempelajari universum
Semua universum yang dibangun secara sosial berubah dan perubahan itu ditimbulkan oleh tindakan konkret manusia. Untuk dapat memahami keadaan universum pada waktu tertentu harus dipahami organisasi sosial yang memungkinkan para pembuat definisi melakukan tugas itu.
Munculnya personil yang mengabdikan diri sepenuhnya pada legitimasi yang mempertahankan universum juga menimbulkan peluang bagi konflik sosial.
0 komentar:
Post a Comment